Jumat, 14 Mei 2010

My Jogjakarta Trip

Sudah hampir sebulan yang lalu saya ke Jogjakarta, Jawa Tengah. Dan baru sekarang akhirnya menulis tentang perjalanan saya tersebut. Benar-benar pemalas! Kalau tidak karena takut lupa sama sekali tentang pengalaman saya disana, mungkin sampai sekarang belum saya tulis juga. hehehe..

Saya pergi ke Jogjakarta bersama seorang teman untuk kemudian bertemu dengan teman-teman yang menaiki pesawat yang berbeda. Saya sendiri pergi dengan menaiki pesawat AirAsia. Kebetulan waktu itu dapat harga tiket promo, sekitar Rp 350.000, PP. lumayan lah iseng-iseng membuka website AA dan ada promo tersebut. Kebetulan saya juga belum pernah ke Jogja seumur hidup saya.

DAY 1
Kami tiba pukul 7.30 pagi di bandara Adisutjipto. Ya, memang sengaja mengambil penerbangan paling pagi karena kami hanya akan tinggal 2 malam saja. Dan dari bandara kami langsung menuju hotel untuk menitip koper.

Di Jogja saya menginap di Hotel Novotel, sebuah hotel bintang 4 yang terletak di Jalan Jendral Sudirman 89 YOGYAKARTA. Kesan saya terhadap hotel ini baik sekali. Kamar standard yang saya tempati cukup besar, kasurnya twin bed, dengan ukuran kasur yang ternyata cukup besar. Kamarnya bersih sekali, standar bintang 4 keatas.

Dari Novotel kami pergi mencari tempat sarapan. Atas saran dari pegawai Novotel, kami menuju stasiun tugu Yogyakarta. Disana terdapat warung soto yang katanya cukup enak. Namanya, Soto Ayam Pak Gareng. Dan benar saja, begitu kami sampai disana, terlihat tempat tersebut ramai sekali dengan pelanggan yang hendak sarapan.






Disana Saya memesan satu porsi soto ayam, yang didalam mangkuknya sudah dicampur dengan nasi putih, dan Saya menambahkan 1 tusuk sate ati ampela, dan tentu saja kerupuk putih sebagai pelengkap. Rasanya cukup enak, pas dimakan sebagai sarapan. Harganya juga sangat murah, Tidak heran, karena di Yogyakarta hampir semua makanan harganya murah bila dibandingkan dengan di jakarta. Untuk semangkuk soto campor dihargakan Rp 5000,- dan sate ati Rp 1500,- per tusuk. Murah sekali bukan?

Selesai sarapan kami menuju hotel untuk beristirahat sebentar.
















Siangnya, Saya mengunjungi malioboro, kebetulan beberapa teman saya memang sedang ada event di Mal Malioboro, jadi saya dan seorang teman langsung menuju pasar beringharjo dan Mirota batik di seberangnya untuk berburu batik dan pernak pernik khas Jogja.


Setelah itu kami bergerak untuk mencari tempat makan siang, rencananya kami ingin mencoba udang galah di restoran Mang Engking yang terletak sedikit di luar kota, tepatnya di Jl. raya Godean Km 16 Yogyakarta. Sayangnya, diperjalanan menuju kesana, tepatnya di Km 8 Jl. Godean, entah mengapa jalan raya ditutup karena ada pawai. Kami akhirnya memutuskan untuk mengalihkan tujuan karena sudah terlalu lapar. Akhirnya kami pergi ke Waroeng Pecel Solo yang terletak di Jl. Palagan Tentara Pelajar No. 52 Ngaglik Sleman Yogyakarta.


Kesan pertama saya memasuki warung ini adalah "wah, ini pasti mahal". Bagaimana tidak? interior dari "warung" ini sangat menarik. Dari luar kesan tradisional sangat terasa, namun dibuat se-apik mungkin dengan unsur vintage antik disana sini, saya jadi teringat restoran Pawon di kemang, tapi menurut saya lebih menarik Waroeng Pecel Solo ini dengan gebyok dan hiasan-hiasan antiknya. Kesan antik tersebut lebih kuat lagi begitu kita memasuki restoran ini.

Disana saya memesan nasi putih dengan pecel, telur pindang, dan bakwan jagung. Tentu saja dilengkapi kerupuk kulit yang enak sekali. Lalu saya meminta ditambahkan sambel bebek yang pedasnya pol!!. Mungkin karena saya sedang lapar sekali, tapi saat itu rasanya pecel tersebut adalah salah satu pecel terenak yang pernah saya makan. hehehehe..

Waroeng ini benar-benar recommended , apabila saya kembali ke Jogja, saya pasti akan makan disini. Dan harganya juga cukup murah, untuk makanan ditambah teh hangat manis dan es jeruk dihargakan Rp 32.000,- dan porsinya juga sangat banyak.

Malamnya, Saya dan teman-teman pergi menuju kaliurang, memang agak telat karena katanya paling enak ke kaliurang di sore hari. Tapi ya sudahlah, akhirnya kami sampai sekitar pukul 7 malam. Dan disana kami duduk-duduk sambil menikmati dinginnya udara ditemani sepiring jadah tempe dan teh hangat. Wah asik sekali. Jadah tempe ini adalah sejenis tempe bacem yang dimakan dengan ketan dan dilengkapi dengan cabe rawit. Paduan manis, gurih dan pedas dari rawit sungguh sangat pas dipadukan dengan kehangatan teh tawar hangat di dinginnya udara.


Setelah itu kami pindah ke taman rekreasi kaliurang untuk membeli wedang ronde. Sungguh di kesempatan yang cuma sebentar ini, saya dan teman-teman seakan tidak mau menyia-nyiakan waktu. Sebisa mungkin harus mencoba semua makanan yang bisa dicoba.
Kemudian dari situ kamipun kembali ke hotel.





DAY 2
Keesokannya, kami kembali menuju mailoboro mal, karena teman saya masih ada urusan disana. Sayapun menggunakan kesempatan ini untuk berjalan-jalan lagi di sepanjang malioboro dan mirota batik untuk berbelanja baju dan kain-kain batik.

Lalu sekitar jam 1 siang, saya dan seorang teman pergi mengunjungi Keraton Jogjakarta. Sayangnya, ketika saya sampai, Keraton sudah hampir tutup. Jadi saya bergegas membeli tiket dan masuk ke dalam, dan karena sudah mau tutup itu, kami jadi tidak bisa meminta guide untuk berkeliling keraton dan hanya menebeng rombongan yg sudah masuk sebelumnya.


Keraton Jogjakarta ternyata besar sekali. Didalamnya terdapat banguna-banguna yang dijadikan semacam museum yang menampilkan barang-barang kerajaan, foto-foto dari Sultan, dan Senjata. Terdapat pula joglo yang besr sekali yang biasa digunakan untuk upacara-upacara kerajaan, dan koleksi alat musik tradisional jawa. Sayangnya guide disana terkesan terburu-buru dalam menyampaikan keterangan. Beda dengan saat saya mengunjungi Vinmanmek Palace di bangkok, dimana setiap guide memberikan keterangan yang sangat jelas.




Sekitar pukul 3 sore kamipun kelaparan. Atas rekomendasi dari supir kami saat iru, kami makan di restoran Ayam Goreng Mbok Sabar yang terletak di Jl. Jagelan No. 32 Jogja. Sebenarnya Mbok Sabar ini memiliki beberapa cabang di Yogyakarta, kebetulan Jl. Jagelan ini lumayan dekat dari keraton.

Pesanan kami berdua datang, Nasi dan setengah ekor ayam goreng, dan kamipun mengambil sekantung kerupuk usus sebagai pelengkap. Rasa ayamnya manis dan gurih, dengan sambal yang suprisingly cukup pedas, ditambah kerupuk usus yang renyah dan gurih. Sungguh menggugah selera. Harganya lagi-lagi cukup murah. Saya lupa persisnya berapa tapi sekitar Rp 20000 perorang termasuk minum es teh manis.


Malamnya, acara yang paling ditunggu, tentu saja makan malam. :P
Sebelum berangkat ke Jogja, saya sudah merencanakan akan makan di Bebek Goreng Cak Koting yang terkenal enak. Jadi, acara makan bebek ini sudah sangat saya tunggu-tunggu.

Saya sangat suka bebek goreng ini, dagingnya empuk dan gurih. Kremesnya juga gurih sekali, menambah kenikmatan makan bebek dan nasi putih. Untuk sambalnya saya sebenarnya lebih suka sambal bebek goreng khas surabaya yang lebih terasa bawangnya dan cenderung lebih pedas. Tapi untuk bebeknya memang enak sekali di Cak Koting ini. Mudah-mudahan dia buka cabang di Jakarta. hehe..


DAY 3

Karena ini pertama kalinya saya ke Yogyakarta, maka saya tidak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi Candi Borobudur. Jadi walaupun sorenya saya akan kembali ke Jakarta, tapi saya tetap menyempatkan untuk ke sana dengan memaksa seluruh rombongan karena mereka semua sudah pernah ke Borobudur.

Panasnya matahari, jauhnya perjalanan, dan tangga yang tinggi tidak menyurutkan semangat saya. Saya berusia 25 tahun dan belum pernah ke Borobudur?? memalukan! hehe... Dan semua terbayar ketika saya sampai di tingkat teratas candi, pemandangan sekitar benar-benar breath taking, sawah, gunung dan pepohonan membentuk pemandagan bak lukisan, sungguh cantik!
Ini dia foto-fotonya:



sedikit narsis gapapa yah?? :)

Capek jalan=jalan di Borobudur, dan juga sudah pukul 12 siang, kami bergerak kembali ke tengah kota untuk membeli oleh-oleh berupa bakpia pathok 75 dan beberapa cemilan khas Jogja lainnya. Lalu dilanjutkan dengan makan siang di Gudeg Jogja Yu' Jum.
ini juga salah satu tujuan utama selama di Jogja. Kurang sreg rasanya ke Jogja tanpa memakan makanan khas Jogja ini.

Kami datang langsung ke rumah Yu' Jum untuk makan siang. Saya sempat mengintip ke dalam dapur dari pembuat gudeg terkenal ini, dan saya benar-benar tercengang.
Bertumpuk-tumpuk kayu bakar teronggok di salah satu pojok ruangan yang cukup besar. Ya, gudeg disini dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Sedikit bertentangan dengan semangat go green saya, tapi memang ini merupakan cara terbaik untuk memasak makanan karena wangi kayu bakar tidak akan didapat dengan menggunakan kompor gas.

Untuk rasanya? kebetulan gudeg Yu' Jum ini adalah gudeg yang kering, saya sempat mencoba gudeg yang basah di tempat lain. Menurut saya dua-duanya enak. saya tidak rasis untuk urusan gudeg.. hehe.. but this is something else, manisnya cukup dan sambal kreceknya juga enak. ditemani segelas es jeruk. Really made my day! :)



Setelah makan siang, Kami pun segera ke hotel untuk mengambil barang dan kemudian langsung menuju Aiport untk akhirnya terbang meninggalkan Yogyakarta dan menuju Jakarta.
Pengalaman yang menyenangkan, dan tentunya saya akan kembali lagi kesana, karena memang banyak sekali tempat yang belum saya kunjungi di Daerah yang memang Istimewa tersebut. :)

Senin, 03 Mei 2010

Kepiting Kenari

Location: Jl. Marsma R. Iswahyudi No. 05, Balikpapan - Indonesia

Another series of war amongst crab restaurants, here is "Kepiting Kenari", an urban-situated restaurant wherein is near to the designated east Borneo airport. Kepiting Kenari is served with various types of sauces using the massive-size of Kalimantan crab. The restaurant is however specialised in a sole "ala kenari" sauce (a sauce in which the taste is near to so-called "asam manis"). A generous portion of Kepiting Kenari (any kind of sauces) prices at Rp120,000 (or USD13), not too expensive if you are gone eating within 4 people in the table.

Posted by: Danu Hariosutejo

(Let's say) Udang Bakar Super

Location: (can't really remember, but it is near to the boarder line of Malaysia. The restaurant is designed for as "by the river" restaurant).

For the sake information, Kalimantan is not only famous by its Jungle, nonetheless they are also famous for its jumbo prawn. First impression of a visit, I thought that the designation restaurant is a sort of home-prawn ranch, as I saw a lively prawn pool inside the restaurant.

The prawn, as guessed, is grilled with only salt as its additional sauce (no other sauce is used here). The indonesian herb as "Sereh" is appeared as the complementary to its taste. Very tasty under the originated spice. A portion of jumbo prawn, consists of 6 or less prawns (depending on the size, the "jumbo" ones may just consist of 4 pieces of prawn), prices at Rp60,000 (USD5). Not bad, eh?

Posted by: Danu Hariosutejo




Pallu Basa

Location: Jl. Serigala, Makassar - Indonesia

A MUST VISIT RESTAURANT!

Pallu basa may be found as a truly Makassar food and is made by a-100% local meat. A portion of pallu basa is usually served with the so-called "Alas" (a raw egg), in which this Allas would increase the density of the soup and strengthen its taste as well. The soup is made by kind-of "Serundeng" (a fried-pieced coconut, cooked with sweet soy) blended with the well-cooked and softy meat.

Nothing more that can describe the taste of Pallu Basa than... (you name it, I always order at least 4 portions of it at the same time). This is a complete-flawless local food that I ever taste.

A portion of pallu basa prices at Rp15,000 or USD1.8 (including a plate of rice). Now you know why, eh? :)

Harus mencoba!

posted by: Danu Hariosutejo

Surya

Location: Mall Panakukang (top level), Makassar - Indonesia

As a counter attack of Santiga Seafood (oops sorry Lel :D), the coming profile is considered as the "local's favorite", and, okay it is time to reveal the truly and solemnly mean of delicious, It is called by “Kepiting Surya”, situated in the city centre of Makassar whereas precisely located in its most happening “Panakukang” Mall (top level). Surya Restaurant is actually specialised in “halal” Chinese food where people who visit here mostly go for its "black paper crab" (kepiting lada hitam).

No doubt on the freshness of its material, the crab, as inquired, is taken from Kalimantan, and hell-yeah, the size matters here :). Let me accordingly tell you why they use Kalimantan crab, instead of Javanese or (even) Sulawesi ones. It's because the way they cook is required so, why? The crabs should be initially steamed using a massive temperature before they are cooked with the desired sauce. The Kalimantan ones are well-known of its tough (or you might say) flexible texture of its meat, whereas the others are not as tough as this one. They (the restaurant staffs) are however agreeable that the javanese ones have the softer meat if they are cooked in a different way.

A full plate of surya crab prices at Rp160,000 (USD17) (quite expensive for Indonesian pocket, eh?).

Selamat makan!

Posted by: Danu Hariosutejo